Jakarta, Kabariku – Kunjungan sejumlah perwira Polri peserta Didik Sekolah Staf dan Pimpinan Menengah (Serdik Sespimmen) Polri Pendidikan Reguler (Dikreg) ke-65 ke kediaman Presiden ke-7 Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi), di Solo, Jawa Tengah, pada Kamis (17/04/2025), menarik perhatian publik dan memicu berbagai spekulasi.
Pertemuan yang berlangsung di kediaman Jokowi, di Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Solo tersebut sejatinya merupakan bagian dari agenda pendidikan para peserta Sespimmen Polri, dengan tujuan menggali wawasan dan pengalaman kepemimpinan dari sosok mantan Kepala Negara.
Namun, di tengah dinamika politik nasional, audiensi ini turut menimbulkan perdebatan mengenai etika dan interpretasi atas konteks pertemuan tersebut.
Menanggapi hal ini, Hasanuddin, Koordinator SIAGA 98 (Simpul Aktivis Angkatan 1998), menegaskan bahwa pertemuan tersebut tidak melanggar etika, melainkan bentuk pembelajaran wajar dalam dunia pendidikan Kepolisian.
“Audiensi peserta didik Sespimmen dengan Presiden ke-7 RI di kediamannya adalah hal biasa. Ini bagian dari proses belajar, bukan politisasi,” kata Hasanuddin, Senin (21/04/2025).
Menurut Hasanuddin, sebagai siswa dalam pendidikan kepemimpinan, para peserta Sespimmen memang diarahkan untuk belajar dari pengalaman para tokoh nasional.
Pendiri LBH Padjajaran ini juga menyebut pernyataan pengamat hukum Refly Harun yang mengatakan pertemuan ini melanggar etika sebagai penilaian yang terlalu jauh dan tidak memahami konteks pendidikan.
“Ini komunikasi dalam konteks akademis, bukan politik praktis. Tak ada pelanggaran etik,” tegas Hasanuddin.
Di tengah suhu politik yang dinamis, berbagai interaksi tokoh nasional memang kerap dikaitkan dengan tafsir politik.
Namun, sejumlah pengamat meminta masyarakat agar tidak terburu-buru menilai negatif setiap pertemuan, apalagi yang bersifat akademik.
“Jika semua interaksi dipolitisasi, ruang diskusi dan belajar akan menyempit. Ini perlu disikapi dengan bijak,” ujar Hasanuddin.
Sekolah Staf dan Pimpinan Menengah Polri (Sespimmen) merupakan institusi pendidikan tinggi di lingkungan Polri yang bertujuan mencetak calon pemimpin masa depan.
Dalam prosesnya, para peserta didik kerap melakukan studi lapangan, kunjungan tokoh, dan diskusi terbuka untuk memperluas wawasan kepemimpinan.
Hasanuddin menilai, pertemuan dengan Jokowi justru menjadi contoh pembelajaran strategis dari sosok yang pernah memimpin negara selama dua periode.
“Ini adalah pembelajaran dari sumber langsung, bukan pertemuan bermuatan politik. Justru ini memperkaya wawasan para perwira yang akan memegang peranan penting di masa depan,” tutupnya.*K.000
Berita telah tayang di sorotmerahputih.com
Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com
Discussion about this post