Kabariku- Pengurus Wilayah Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (PW KAMMI) Jawa Barat Prihatin atas situasi beberapa pekan terakhir, harga-harga kebutuhan pokok terus merangkak naik. Kenaikan harga sembako ini memang sudah bisa diprediksi sebelumnya.
Ketua Umum PW KAMMI Jabar, Ahmad Jundi Khifatullah, S.Tr., berpendapat kenaikan harga Pertamax ini sangat menyengsarakan masyarakat, gila apa naiknya sangat drastis.
“Alasan pemerintah untuk mengikuti harga pasar kenapa hanya saat harga naik tapi tidak pernah turun ketika harga minyak juga turun?” katanya.
Sikap PW KAMMI Jabar jelas, kata Ahmad Jundi, menolak dan mengecam kebijakan yang diambil tersebut.
“Kami mendesak pemerintah untuk membatalkan kenaikan harga Pertamax dan harus menjaga stabilitas harga sembako, kita liat sekarang harga di pasar naik,” ujarnya.
“Kalau tidak becus ngurus negara dan buat kebijakan, lebih baik Presiden mundur saja, jangan mengada-ada 3 periode kalau hanya untuk menyengsarakan rakyat saja,” tandasnya.
Menurut Riana Abdul Azis, Wakil Ketua Umum PW KAMMI Jawa Barat menyebut, Setidaknya ada dua momentum yang memicu kenaikan harga, yaitu menjelang Ramadan dan Lebaran.
“Hanya saja, berbeda dengan tahun sebelumnya, kenaikan harga sembako tahun ini merupakan dampak dari naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM),” kata Rian.
Naiknya harga BBM, menurut Rian, mempengaruhi komoditas sembako yang dijual di pasar-pasar. Seperti bumbu dapur ikut naik. Beberapa pedagang mengurangi jumlah dagangan yang dijual, mengingat harga-harga tidak stabil, dan mengakibatkan sepi pengunjung.
Rian pun merincikan, Sembako yang naik harga, kebanyakan adalah yang pemasoknya dari luar daerah seperti Jawa. Contohnya harga mie mentah, telur, beras dan kantong plastik yang naik sekitar 30 persen.
Sedangkan harga bawang dan cabai sampai sekarang masih normal, karena pemasok kebanyakan dari daerah Sampit. Harga bawang merah sekarang tergolong murah, yaitu berkisar Rp 15 ribu per kilogram.
“BBM pertamax naik Pertalit di Persulit. Hampir setiap daerah Pertalit sudah jarang dan cepat habisya karena stok yang diberi pemerintah sedikit, dan alasanya masih di jalan namun tidak ada, Pertalit ada kemungkinan dihapuskan seperti Premium dan dipindahkan ke Pertamax yang saat ini sudah dinaikan,” jelasnya.
Menurut Riana, dampak pandemi Covid-19 membuat kondisi perekonomian masyarakat Indonesia belum stabil sehingga kenaikan harga Pertamax cukup memberatkan.
“Persoalan kenaikan harga sembako selalu berulang kali dihadapi, dengan penyebab yang sama, pasokan berkurang dan bahan baku mahal akibat kenaikan harga BBM,” ujarnya.
Hal ini diakibatkan masih banyaknya kebutuhan pokok seperti beras, telur, dan kebutuhan pokok lainnya yang didapatkan dari impor luar negeri. Sehingga ketika BBM naik, akan sangat mempengaruhi harga sembako yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat.
Kenaikan harga sembako, juga berpengaruh pada pola konsumsi masyarakat. Hal ini sangat dirasakan dengan meningkatnya biaya hidup, dan diiringin dengan naiknya tarif angkutan. Jika tidak dikontrol dari pemerintah, ditambah lagi ancaman krisis pangan, harga sembako akan terus meningkat liar.
“Saya berharap harga sembako kembali normal, dan ada kebijakan-kebijakan dari pemerintah untuk mengatur harga-harga sembako agar tidak naik lagi,” harap Riana.
Menghadapi situasi ini, pemerintah pusat maupun daerah harus turun tangan untuk mengontrol dan mengendalikan harga sembako agar tetap bisa dijangkau oleh kalangan masyarakat.
“Kalau tidak bisa membuat rakyat hidup sejahtera turun saja jadi Presiden,” cetus Rian.
Agung Munadar PSDMS PW KAMMI Jawa Barat menambahkan, Kebijakan kenaikan BBM merupakan pain policy bagi masyarakat.
“Kebijakan ini akan berakibat fatal terhadap pertumbuhan ekonomi yang mulai pulih dengan berlakunya kebijakan ini bisa jadi pertumbuhan ekonomi kita akan turun dan terpuruk,” kata Agung singkat.***
Red/K.101
Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com
Discussion about this post