Oleh Taufik Rohman
(Anak Petani, Guru, dan hari ini masih menjadi Polisi, AKBP)
Kabariku- CLIFFORD GEERTZ, memperkenalkan 2 konsep:
- THE FORCE OF RELIGION: Mendalamnya tingkat internalisasi nilai dan ajaran agama dlm diri SESEORANG/pengikutnya… menunjuk pd hubungan agama dg penganutnya
- THE SCOPE OF RELIGION: seberupa luas (batas), dimana agama dianggap perlu dan relevan. Hal ini menunjuk hubungan agama dg seluruh konteks sosial politik yg meliputi semua orang. Hal ini juga terjadi pada diri setiap pengikutnya.
AGAMA bukan semata tentang ritualitas tetapi juga merupakan ajaran moralitas. Ajaran moralitas artinya bahwa agama merupakan Ajaran Kebajikan tertinggi yang menginspirasi orang untuk berbuat, BUKAN HANYA BAIK tetapi juga BIJAK.
SEKALI lagi, Saya ingin mencuplik pandangan Clifford Geerts, ini bukan karena saya mengagumi pendapatnya, tetapi sekedar meminjam logika yg memudahkan kita memahami tentang potensi politisasi agama.
Kita tahu bahwa the scope of religion juga mencakup WILAYAH PRAKSIS SOSIAL-POLITIS. Dari sinilah kemudian POLITISASI AGAMA terjadi. Orang mencari pembenar dalam gerakan politiknya dengan menggunakan tafsir-tafsir yang menguntungkan, namun disisi lain menyembunyikan tafsir yang lebih rahmatan lil alamanin. Selanjutnya;
- Kemudian terbentuk atau MUNCUL politik identitas,
- Terjadilah polarirasi kerukunan umat, yang selama ini menjadi “modal capital” dalam kokohnya kehidupan berbangsa dan bernegara
- Muncul dugaan kuat adanya kelompok yang memelihara perpecahan di kalangan awam dengan maksud agar para konstituen politiknya terbentengi atau mempertahankan konstituen/Pendukung politik kepartaiannya. Masyarakat dibiarkan berada pada kutub ekstrem, yang seharusnya masyarakat kita ajak untuk berfikir dan bersikap moderat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sekarang Saya Ingin Bicara Tentang Radikalisme di Indonesia dan Baiat NII di Garut:
Radiaklisme adalah Paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial politik dengan cara drastis, biasanya melalui kekerasan, atau sikap ekstrem dan menghalalkan segala cara. Tujuannya adalah membentuk Negara Islam Indonesia /Khilafah, atau kalau dalam skala internasional adalah semacam ISIS, suatu tatatan negara tanpa batas, yang berdaulat kepada satu kekuasaan atau imamah dengan mengimplementasi Syariat Islam.
Bagaimana Paham ini Laku dan Berkembang
Paham ini berkembang dalam lingkaran yang tertutup (sikap kritis dilarang) dan laku karena menjanjikan banyak mimpi dengan kemasan keagamaan. Janji tentang surga, janji tentang ratu adil, dll.
Pada umumnya pengikut paham Radikal juga dikenal sebagai taklid dan fanatik, serta berfikiran tertutup yang terkunci oleh sistem baiat. Ini memperoleh penegasan pembenaran, setidaknya seperti yang disinyalir oleh IBNU RUSHD yang mengatakan bahwa: JIKA KAU INGIN MENGUASAI ORANG BODOH, BUNGKUSLAH SEGALA SESUATU (baik yang samar maupun yg batil sekalipun) DG KEMASAN AGAMA.
Memang tidak semua penganut paham Radikal adalah kaum terbelakang, banyak juga yang masuk kelompok terpelajar, namun sikap kritis dan kemerdekaannya dalam berfikir sudah terkunci dengan baiat, sehingga sikap resistensi mereka sangat menonjol dalam menyikapi pandangan yang berbeda.
Buku Ilusi Negara Islam (Laporan Hasil Survey Wahid Institut dan Ma’arif Institut), setidaknya membenarkan tesis Saya tentang kelompok radikal ini:
- Menghakimi orang yang tidak sepaham dengan pemikirannya
- Mengatasnamakan Agama bahkan mengatasnamakan Tuhan, untuk menghukum kelompok yang memiliki keyakinan berbeda (Syafi’i Ma’arif – Ilusi Negara Tuhan)
- Gerakan MENGUBAH Negara bangsa menjadi negara agama (NII).
- Mengganti NKRI menjadi KHILAFAH
- Klaim paling memahami kitab suci, karenanya berhak menjadi wakil Allah untuk menghukum siapapun
- Agama diubah menjadi ideologi; menjadi alat atau menjadi senjata politik untuk menyerang pandangan politik yang berbeda dari mereka (Gus Dur – Ilusi Negara Islam)
Paham Radikal di Indonesia disampaing penyemaiannya melalui ilusi negara Allah, juga menyasar masyarakat miskin, pengangguran dan mereka yang kalah dan cemas melihat masa depannya dalam persaingan yang makin keras. Oleh karea itu isu tentang kemiskinan, isu keadilan, isu maraknya korupsi dan jurang senjang ekonomi yang menganga antara kelompok minoritas dan mayoritas muslim, menjadi bahan bakar yg baling menyalakan imajinasi terbentuknya NII. Mereka jelas bukan kalangan bodoh, tetapi pasti kalangan yang pintu fikirannya tertutup.
Kenapa Baiat NII Muncul di Garut
- Ini tentang Dream Story Fail, yaitu mimpi NII yang belum terwujud
- Pembinaan ideologi yang tidak tuntas
- Tumbuhnya semangat keberagamaan yang massive tetapi disisi lain tidak mendapat bimbingan yang cukup dari ustadz moderat yang mumpuni. Belajar agama tanpa bimbingan/guru.
- Munculnya tokoh-tokoh penceramah yang tidak jelas asal-usul sanad keberagamaan, bahkan sebagian pendakwah dadakan dengan bangganya menyebut diri bersanad google.
- Masuknya para pengasong agama membawa misi politik kepartaian, dan seringkali mereka memelihara politik identitas untuk mempertahankan konstituennya.
GARUT ataupun daerah priangan timur, atau khususnya di beberapa daerah basis pergerakan awal NII dahulu jaman pra kemerdekaan sesungguhnya belum tuntas peleksanaan deradikalisasi ataupun kampanye kontra atau counter radikalisme.
Ini berbeda dengan PKI, dimana kampanye penolakan PKI sudah menjadi banner abadi, setidaknya dapat dilihat aktivitas yang menggema menjelang 30 September sebagai mercusuar penolakan PKI. Hari ini sebagian orang masih bangga menyebut diri Penganut NII.
Saya dapat sebut bahwa hal ini sebagai tanda kegagalan kampanye anti Radikalisme yang dilakukan oleh negara, padahal secara politik kenegaraan NII dengan berbagai manifes gerakan dan label-label namanya yg bermacam-macam sama bahayanya dengan PKI.
Inilah mengapa kepada organisasi NU dan beberapa organisasi lainnya yang jelas memposisikan diri anti radikalisme harus mendapat dukungan negara. Bagi kalangan intelejen pemetaan terhadap organisasi massa dan partai politik yang menghindari pernyataan terbuka dan tegas terhadap penolakan NII harus menjadi sasaran penggalangan yang terus menerus, khususnya terhadap mereka yang sikapnya “agak plinplan” dalam gerakan counter radikalisme.
Pemetaan dan Pendekatan Budaya;
Untuk menghambat laju perkembangan paham NII atau Radikalisme maka beberapa langkah stretegis perlu diambil, dengan pemetaan sbb:
- Deradikalisasi; dengan sasaran mantan NII/Terorisme/Pendukung, keluarga, lingkungan terdalam dan kelompok terpapar. Peran alim ulama “merah putih” jelas sangat penting untuk mengembalikan paham kebangsaan NKRI
- Counter radikalisme harus dilakukan oleh negara dengan cara kampanye secara sistematis, berkelanjutan dan terarah. Narasi tentang NKRI dan wawasan kebangsaan adalah muatan inti yg harus disajikan secara menarik, dengan esensi yang lebih subtil bahwa Indonesia adalah negara yang unik, melindungi kehidupan keberagamaan namun hidup rukun dalam perbedaan (united in deversity)
- Penanaman secara dini nilai2 kebangsaan dan kenegaraan menjadi program sekolah yang terencana sejak SD
- Pemerataan pembangunan
- Mengurangi pengangguran
- Meningkatkan kesejahteraan dan memberantas kemiskinan
- Pembebasan biaya pendidikan menjadi program bertahap dan berlanjut sampai jenjang sarjana.
- Adanya regulasi yang jelas bagi aparat dalam bertindak
Waspada,…Barangkali keluarga, suadara, teman, orang yang anda kenal atau diri anda sendiri dalam jangkauan pengaruh paham radial-terorisme.***
Kamis, 6 Januari 2022
Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com
Discussion about this post