KABARIKU – Beberapa hari ini warga Garut disuguhi rekaman video Wakil Bupati Garut Helmi Budiman bermain layangan bersama anak-anaknya. Bak pemain layangan pro, Helmi mengulur dan menarik layangannya beberapa kali…meski akhirnya layangannya “kapakan”.
Kapakan merupakan bahasa para pemain layangan. Artinya, layangan lepas akibat talinya putus.
Video itu pun kini viral dan beredar di medsos.
“Kalau tahu ke mana lepasnya layangan Pak Wabup, pasti akan saya buru kemudian akan saya simpan sebagai kenang-kenangan. Layangan milik Pak Wabup pasti memiliki nilai sejarah tinggi kan,” kata Henhen (29), warga Kampung Panyosogan, Desa Wanakerta, Kecamatan Cibatu, Kabupaten Garut, anggota salah satu klub layangan yang ada di Garut.
Henhen pun menyatakan bangga sebab ternyata hobinya bermain layangan menjadi hobi keluarga Wakil Bupati.
Warga lainnya berkomentar, di tengah waktunya yang super sibuk dengan seabrek kegiatan, ternyata Wabup Garut Helmi Budiman tak melupakan tugasnya sebagai seorang ayah.
“Sebagai salah satu warga Garut saya bangga, karena disamping berjubelnya tugas sebagai kepala daerah, beliau masih bisa menyempatkan bermain dengan anak-anak, apalagi mainnya berupa kaulinan baheula yang saat ini hampir punah,” komentar Hendro Sugiarto, aktivis Garut.
“Kaulinan zaman baheula memang sudah mulai langka, mungkin anak-anak tergantikan oleh gadget, Saya sendiri hanya bisa memviralkan kepada anak-anak tentang bagaimana permainan yang disukai saya saat kecil. Justru dimulai dari sana yang paling disukai anak-anak dari saya, adalah saat saya menceritakan masa kecil saya, mulai main dan moro layang-layang, petak umpet malam hari main bekles, sondah, oray-orayan, boy-boyan, paciwit-ciwit lutung, serman, dan banyak lagi seribu cerita permaianan yang saya lakukan saat kecil,” tambah Hendro mengenang masa kecilnya.
Sementara Penilik Kebudayaan Kabupaten Garut, Warjita, menyatakan bangga dengan semangat Helmi Budiman memperkenalkan kaulinan barudak yang kini tersisihkan.
Menurutnya, apa yang dilakukan Wakil Bupati Garut merupakan contoh bagus dalam upaya melestarikan dan memperkenalkan budaya tradisi kepada generasi penerus.
“Beliau memperkenalkan dan mengajak langsung anak-anak untuk terlibat bermain layangan, bukan hanya memberi layangan dan membiarkan anak bermain sediri,” katanya.
Menurut Warjita, banyak kaulinan barudak jaman dulu yang kini nyaris punah. Sondah, baren, gatrik, galah dan banyak lagi.
“Padahal kaulinan-kaulinan itu selain akan membuat tubuh anak bugar juga bisa menyehatkan secara mental. Mereka bisa bersosialisasi dengan teman sebaya dalam sebuah permainan,” paparnya.
Ia menambahkan, mengembalikan kaulinan barudak merupakan tugas semua pihak, terutama orang tua di lingkungan rumah dan sekolah sebagai lembaga pendidikan.
“Orangtua bisa mengajak anaknya untuk bermain sondah misalnya, atau sekolah bisa pula mengajarkan anak secara langsung tentang kaulinan-kaulinan tersebut,” paparnya. (Has)
Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com
Discussion about this post