KABARIKU – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan 10 orang tersangka baru dalam kasus dugaan korupsi proyek jalan di Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Dari 10 orang tersebut, satu di antaranya juga merupakan tersangka dalam proyek serupa di lokasi berbeda.
Tersangka baru itu, dua di antaranya unsur birokrat, yakni mantan Kadis Pekerjaan Umum Kabupaten Bengkalis M Nasir dan Tirtha Ardhi Kazmi selaku pejabat pembuat komitmen. M Nasir juga merupakan tersangka dugaan korupsi pada proyek peningkatan jalan Bengkalis di lokasi bebeda.
Sementara delapan orang lainnya adalah pihak swasta, yakni Handoko, Melia Boentaran, I Ketut Surbawa, Petrus Edy Susanto, -Didiet Hadianto, Firjan Taufan, Viktor Sitorus, dan Suryadi Halim alias Tando.
Ketua KPK Firli Bahuri mengatakan, ke-10 orang tersebut merupakan tersangka dalam empat proyek peningkatan jalan, yaitu Jalan Lingkar Bukit Batu-Siak Kecil, Jalan Lingkar Pulau Bengkalis, Jalan Lingkar Barat Duri, dan Jalan Lingkar Timur.
“Kerugian negara Rp 475 miliar dalam empat proyek tersebut,” kata Firli di Gedung KPK, Jakarta, Jumat (17/1/2020).
Firli menjelaskan, kesepuluh tersangka disangka melanggar Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 3 UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Sebelumnya, KPK telah menetapkan empat tersangka dalam kasus dugaan korupsi peningkatan jalan di Kabupaten Bengkalis. Mereka adalah Bupati Bengkalis nonaktif Amril Mukminin, M Nasir (mantan Kadis KPU yang juga Sekda Kabupaten Bengkalis), Direktur PT Mitra Bungo Abadi, Makmur alias Aan, dan Hobby Siregar.
M Nasir, Hobby Siregar dan Makmur tersangka dugaan korupsi proyek peningkatan jalan Batu Panjang-Pangkalan Nyirih, Bengkalis. Sedangkan Bupati Bengkalis Amril Mukminin sebagai tersangka kasus dugaan suap terkait proyek pembangunan jalan Duri-Sei Pakning di Kabupaten Bengkalis. Amril diduga menerima suap Rp 5,6 miliar.
Sejak 2019 lalu, Amril dan M Nasir telah dicegah bepergian ke luar negeri, sementara Makmur alias Aan telah ditahan. (Has)