Kabariku- Penyakit Human Immunodeficiency Virus (HIV) AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome), HIV adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh manusia.
Virus ini menginfeksi dan menghancurkan jenis sel darah putih di dalam tubuh sehingga daya tubuh memburuk dan rentan diserang penyakit.
Sedangkan AIDS adalah penyakit yang berawal dari serangan HIV. Keduanya harus kita halau penyebarannya, karena menurut WHO, di seluruh dunia sejauh ini telah merenggut 36,3 juta jiwa.
Data terakhir sampai Maret 2021, seperti dilaporkan oleh Ditjen P2P, Kemenkes RI. menunjukkan jumlah kumulatif kasus HIV-AIDS di Indonesia sebanyak 558.618 yang terdiri atas 427.201 HIV dan 131.417 AIDS.
Berdasarkan data UNAIDS, pada akhir 2018, sebanyak 37,9 juta orang di dunia hidup dengan HIV dan 770.000 orang meninggal karena AIDS.
Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Provinsi Jawa Barat mengatakan, Pemerintah Jawa Barat harus sigap dalam menagulagi pemuda pemudi Jawabarat yang terpapar HIV Aids.
Menurut catatan sumber SIHA Jabar, lima Provinsi pada 2005- 2021 kasus HIV tertinggi DKI jakarta 73.4442, diikuti Jawa Timur 68.113, kemudian Jawa Barat 48.455. Selanjutnya Jawa Tengah 42.012, lalu Papua 40.277.
PW KAMMI Jabar sangat menyayangkan sekali Provinsi yang tertores sebagai kota santri namun moralnya bobrok oleh kasus sperti ini.

Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Bandung mencatat, kasus penularan HIV AIDS didominasi oleh usia produktif.
Hingga Desember 2021, tercatat ada 12.358 pengidap HIV AIDS yang melakuan pelayanan kesehatan di Kota Bandung.
Rinciannya, 5.943 di antaranya merupakan warga Kota Bandung, belum ditambah dengan daerah lainya sampai 2022 sekrang semakin meningkat.
Ketua Umum Pengurus Wilayah Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia Provinsi Jawa Barat (PW KAMMI Jabar) Ahmad Jundi Khlifatullah mengatakan, penularan HIV AIDS yang saat ini terjadi didominasi oleh warga yang memiliki umur produktif 20-29 tahun.
“Sangat di sayangkan edukasi dan Penanganan yg kurang baik dari pemerintah provinsi Jawa barat.Setelah mengkaji Paling banyak itu usia 20-29 tahun, persentasenya 44.84 persen, usia produktif banget,” kata Ahmad Jundi. Sabtu (27/8/2022).
Kasus HIV AIDS di Jawa Barat, terkhusus di ibukota Jawa Barat yaitu Kota Bandung menyasar semua kalangan dan profesi, salah satunya mahasiswa dan pelajar.
Dari kasus penularan HIV AIDS yang terjadi di Kota Bandung yang mencapai 5.943 kasus, mahasiswa menyumbang kasus positif mencapai 6,97 persen atau mencapai 414 kasus.
Antisipasi dengan Edukasi dan Sosialisasi
Menanggapi informasi tersebut, Wakil Ketua Umum PW KAMMI Jawa Barat Riana Abdul Azis,S.Pd.,M.CE., mendesak Pemerintah Provinsi Jawa barat (Pemprov Jabar) untuk melakukan antisipasi dengan melakukan sosialisasi terkait pergaulan bebas yang terjadi di usia remaja-dewasa serta melakukan langkah kongrit.
“Itu jadi warning buat provinsi Jawa barat dan daerah daerah se jawabarat, maka dari itu prov Jawa barat harus lebih intens edukasi lagi ke kaum temaja dengan usia produktif,” ujar Riana.
Selain itu Riana menyoroti pergaulan bebas, menurutnya Pemprov Jabar harus gencar gencarkan melakukan berbagai pendekatan, salah satunya dengan memutar film edukasi terkait sex bebas ini.
“Penting edukasi, supaya mereka tahu, dengan nonton film, itu upaya kita. Kita rutin ya, seperti di SMA dan Perguruan Tinggi,” katanya.
Tak hanya itu, Pemprov Jabar juga harus banyak berkolaborasi dengan Dinkes Kota/Kabupaten di Bandung dan daerah-daerah se-Jawa Barat dalam penanganan ibu hamil yang pisitif HIV AIDS.
“Diharap ada kolaborasi dengan Dinkes, itu bisa mengantisipasi langkah preventif dan penyuluhan jangan sampai terjadi kasus HIV AIDS meningkat lagi tahun per tahun ini,” ungkapnya.
Selain itu, pihaknya menyayangkan masih banyak orang yang tidak dapat mengakses layanan pencegahan HIB karena adanya diskriminasi, kekerasan, bahkan penganiayaan.
“Oleh karena itu, masyarakat diingatkan untuk memainkan peran penting dalam memberikan layanan penyelamatan jiwa ini kepada orang-orang yang paling membutuhkannya,” jelasnya.
Menurut PW KAMMI Jawa Barat, Penyebab utama banyaknya kasus HIV/AIDS adalah heteroseksual atau hubungan seks bebas dan penggunaan narkoba suntik (Injection Drug Use/IDU).
Dari data yang ada hampir 90 persen penyebaran virus HIV-AIDS disebabkan kedua perilaku tersebut.
KAMMI Jawa Barat menyebut, ada berbagai strategi dalam pencegahan HIV-AIDS yang mudah dan perlu dioptimalkan bersama, antaralain adalah; dengan mengedukasi anggota keluarga berdasarkan norma moral dan agama.
“Selain itu, partisipasi aktif para tokoh masyarakat yang dianggap sebagai panutan mempunyai andil dalam menjalankan program-program pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS di lingkungan sekitar,” papar Riana.
Begitu juga, tokoh masyarakat penting dibekali berbagai informasi mendalam tentang HIV-AIDS agar tidak memunculkan sikap negatif terhadap ODHA.
“Sebagai teladan masyarakat, mereka harus menjadi penggerak utama untuk pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS serta turut menciptakan lingkungan yang kondusif,” lanjutnya.
Kerjasama dengan seluruh stakeholder harus dilakukan bersama, termasuk dengan memberdayakan peran lembaga pendidikan (sekolah/perguruan tinggi).
Tak kalah efektifnya, yakni dengan sinergi merangkul asosiasi, koalisi pegiat HIV-AIDS dalam penanganannya.
“Kerjasama dan kegotong royongan inilah yang harus kita bangun dengan masyarakat agar upaya-upaya penanggulangan HIV-AIDS bisa kita maksimalkan,” ujarnya.
Menurut PW KAMMI Jawa Barat Kampanye melalui media massa dan digital, khususnya medsos juga perlu diintensifkan.
“Ini penting karena melalui berbagai media tersebut, pesan tentang bahaya HIV-AIDS ini bisa tersebar luaskan secara optimal, apalagi generasi kekinian sangat aware terhadap medsos,” ujar Riani.
Maka dari itu KAMMI Jawa Barat mengimbau kepada Pemerintah agar, melibatkan seluruh elemen masyarakat yang ada dalam pemberantasan HIV-AIDS menjadi keniscayaan.
Selain itu, upaya-upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi dalam pencegahan dan pemberantasan HIV-AIDS harus terus dilakukan. Menyadarkan masyarakat tentang bahaya dan efek buruk penyakit ini serta penyebab-penyebabnya. Tanpa stigma, tidak ada penolakan dan nihil diskriminasi terhadap ODHA.
Narkoba dan Freseex sebagai faktor dominan penyebab tertularnya HIV-AIDS harus terus kita basmi. Itu tugas yang tak ringan.
“Tapi kita optimis, dengan semangat kebersamaan, kegotongroyongan, bahu-membantu dan saling membantu, tugas kita untuk mencegah dan memberantas HIV-AIDS di Jawa Barat akan semakin ringan dan mudah. Jauhi penyebabnya, jangan jauhi orangnya,” tandasnya.***
Red/K.101
BACA juga berita menarik lainnya KLIK disini
Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com
Discussion about this post