Jakarta, Kabariku – Sekolah Rakyat akan memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) untuk memetakan potensi dan talenta para calon siswanya.
Langkah inovatif ini disebut akan menjadi salah satu instrumen utama dalam penyelenggaraan pendidikan berbasis karakter dan potensi di Sekolah Rakyat.
Ketua Tim Formatur Sekolah Rakyat, Prof. M. Nuh, mengungkapkan bahwa teknologi talent mapping berbasis AI akan digunakan untuk mengenali keunggulan spesifik tiap anak. Hal ini disampaikan Prof. Nuh dalam pertemuan di kantor Kementerian Sosial, Jakarta, Selasa (1/7).
“Alhamdulillah, kita mendapat masukan dari tokoh-tokoh bangsa soal pentingnya pemetaan talenta berbasis AI. Dengan sistem ini, efisiensi biaya, energi, dan waktu bisa dicapai, serta hasilnya lebih akurat,” ujar Prof. Nuh.
Ia menegaskan bahwa setiap anak memiliki keunikan tersendiri yang perlu dikenali sejak dini.
“Selama ini, semua anak diajar dengan cara sama, padahal karakteristik mereka berbeda-beda. Seperti dalam dunia medis, satu obat tidak bisa menyembuhkan semua jenis sakit kepala,” tambahnya.
Prof. Nuh menjelaskan bahwa sistem ini telah disiapkan oleh Ary Ginanjar, pendiri ESQ Corp, dan akan mulai diterapkan di Sekolah Rakyat. Dengan teknologi ini, proses identifikasi potensi anak bisa dilakukan lebih cepat, murah, dan berdampak besar.
“Kami ingin tahu bukan hanya kuadran potensi, tapi sampai pada level paling spesifik. Karena setiap anak punya cara belajar dan jalan suksesnya sendiri,” tegas Nuh.
Ia juga mengibaratkan pendekatan ini seperti membedakan sapi dan burung pipit. “Sapi sekuat apa pun tidak bisa terbang, sementara burung sekecil apa pun bisa melayang tinggi. Begitu pula anak-anak kita,” ujarnya.
Sekolah Rakyat Dimulai Serentak
Sementara itu, Menteri Sosial Saifullah Yusuf memastikan bahwa proses belajar Sekolah Rakyat akan dimulai serentak di 100 titik pada 14 Juli 2025.
Ia menyatakan Sekolah Rakyat sedang dalam tahap akhir rekrutmen guru, tenaga kependidikan, serta penyusunan kurikulum yang dirancang Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah.
“Hari ini Pak Nuh dan Pak Ary Ginanjar hadir untuk menyempurnakan elemen-elemen penting pendidikan ini, termasuk modul, instrumen, dan sistem pendukung pembelajaran,” kata Saifullah.
Ia menambahkan bahwa siswa yang akan masuk Sekolah Rakyat tidak perlu menjalani tes akademik. Mereka hanya perlu lolos seleksi administrasi dan pemeriksaan kesehatan.
“Kalau ditemukan penyakit menular, akan ditangani dengan pendekatan medis, bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan,” jelasnya.
Kemensos juga akan menggunakan aplikasi Manajemen Talenta untuk memetakan calon siswa berdasarkan potensi akademik dan non-akademik, gaya belajar, kecenderungan karier, interaksi sosial, minat ekstrakurikuler, dukungan emosional, hingga roadmap pembangunan pribadi.
Ary Ginanjar, yang juga hadir dalam diskusi tersebut, menyambut baik kebijakan Presiden Prabowo Subianto soal penghapusan tes akademik untuk masuk Sekolah Rakyat.
Menurutnya, ini adalah terobosan yang tidak hanya mengejutkan Indonesia, tapi juga dunia pendidikan internasional.
“Selama ini kita hanya mengukur IQ. Padahal, potensi anak tidak bisa diseragamkan. Lewat pemetaan AI ini, kita bisa tahu siapa jenius dan di bidang apa,” ujar Ary.
Ia menuturkan, pemetaan yang digunakan berdasarkan riset dari Nebraska University mampu meningkatkan potensi anak hingga 744 persen.
“Kita ingin Sekolah Rakyat jadi motor lahirnya generasi emas Indonesia 2045,” tandasnya.*Yus
Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com
Discussion about this post