Lampung, Kabariku- Kolaborasi KIB goes to Kampus untuk pertama kali ke Sumatera tepatnya ke Universitas Lampung (Unila).
Diskusi yang digelar Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unila inu digelar di Gedung Serba Guna (GSG) Pahoman, Bandar Lampung, Kamis (14/9/2023).
Diskusi kali ini mengusung tema “Menatap Indonesia Maju: Tantangan Masa Depan Global dan Middle-Income Trap”, menghadirkan pembicara, Pengamat Politik Rocky Gerung, Pakar hukum Refly Harun, Anggota KPK periode 2015-2019 Saut Situmorang, Anthony Budiawan, akademisi Rudi Antoni dan politisi Habil Marati.
Mengawali diskusi, Ketua Senat FEB Unila M.Reza Pratama dalam sambutannya menyoroti otoriterisme pihak Rektor.
Pidato pertama Rudi acil Akademisi yang soroti ketimpangan ekonomi yang makin parah. Era Jokowi alami kemunduran di daerah.
Sebagai informasi, diskusi ini sebelumnya akan digelar di Unila. Namun mendapat penolakan dari pihak Universitas. Satu pemicunya adalah kehadiran Rocky Gerung.
Selain Unila, Institut Teknologi Sumatera juga melarang adanya diskusi publik yang menghadirkan Rocky Gerung.
Selanjutnya, pidato Drs Habil Marati yang menyoroti penggunaan APBN yang tidak sesuai dengan profesionaitas dan imparsal.

Menurutnya, kebijakan ekonomi makin liberal yang untungkan para Oligarki.
“Di dalam APBN ada ratusan triiun buat pendidikan tapi mutu pendidikan makin merosot. Begitupula APBN soal ketahanan pangan yang malah bikin ketergantungan akan BLT,” bebernya.
Kata Habil Maranti, rakyat dibuat sengaja miskin buat kepentingan electoral Pemilu.
“Situasi ini buat kemunduran dan sulit Indonesia
Keluar dari jebakan negara berkembang. Untuk itulah Indonesia butuh figur yang visioner dan miliki integritas teruji dan miliki rekam jejak mumpuni yakni Anies Rasyid Baswedan,” ungkapnya.
Sementara itu, Reffly Harun menyampaikan Indonesia seperti kembali ke era Orba. Yakni dipergunakan pasal UU NO 1/1946 karet untuk jerat suara kritis.
Dikesempatan yang sama, Saut Situmorang menyatakan miris dengan rezim Jokowi yang bikin indeks korupsi Indonesia di bawah Timor Leste.
“Makanya ekonomi sulit keluar dari jebakan midle income trap yakni ekonomi morat marit penuh kasus korupsi yang bukan investor ogah masuk,” ujarnya.
Sementara kata Rocky Gerung, dirinya menyesalkan otoriterisme yang terjadi dimana-mana. Menurutnya, negara yang makin sering persekusi suara kritis berati negara gagal.

“Negara tidak boleh membungkam kritisme, karna negara butuh oposisi sebagai kontrol..Indonesia makin jauh dari azas demokrasi yang di inginkan ketika kita merdeka,” ujarnya.
“Padahal, negara lain sudah fikirkan mau ke antariksa kita malah negara persekusi warganya,” imbuh dia.
Rocky Gerung menyatakan akan terus ungkapkan kebenaran meskipun harus hadapi kriminalisasi.
Acara yang di hadiri Ratusan Mahasiswa Unila berlangsung sengit dan terjadi kritisme kalangan mahasiswa.
Dalam diskusi ini tampak hadir dari KIB Prof. Anwar Sanusi, Andrianto Andri , Makmun,
Sirojudin, dan lainnya.***
Red/K.101
Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com
Discussion about this post