JAKARTA, Kabariku- Achmad Sajali Koordinator Nasional Barisan Puan Maharani sentil Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo agar tidak bikin gaduh di tengah-tengah masyarakat dengan mengandalkan intuisi dan prasangka.
“Akan lebih baik Mentan fokus saja bekerja dan berani membuat terobosan-terobosan yang cepat untuk menjaga ketenangan di masyarakat,” ujar Achmad Sajali. Jum’at (20/8/2022).

Diketahui pada Senin, 8 Agustus 2022, Syahrul Yasin Limpo dalam Webinar Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mengatakan bahwa kemungkinan harga mi instan di pasaran naik sampai tiga kalipat dalam waktu dekat.
Yasin Limpo menjelaskan, di Rusia dan Ukraina gandum tertimbun 180 juta ton yang dapat menyebabkan impor gandum ke Indonesia terganggu.
Kemudian pernyataan Syahrul Yasin Limpo itu dibantah tegas Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan yang mengatakan kalau negara-negara penghasil gandum seperti Australia, Kanada dan Amerika kini sudah kembali panen.
Bahkan, Mendag memprediksi harga gandum secara global akan merangkak turun pada September 2022 mendatang.
Akibat perbedaan pernyataan kedua Menteri itu menjadi polemik di ruang publik yang menimbulkan kegaduhan.
Ironisnya menurut Achmad Sajali polemik antar Menteri ini seharusnya tidak terjadi karena Pemerintah sudah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) 39 tahun 2019 tentang Satu Data Indonesia.
“Untuk dapat mengatasi perbedaan data yang selama ini kerap terjadi termasuk antar kementerian dan lembaga,” kata Achmad Sajali.
Karena itu, Achmad Sajali menyebut, polemik antar Menteri ini juga menunjukkan belum maksimalnya Perpres tersebut untuk dapat menciptakan harmonisasi dan sinkronisasi data.
Dijelaskannya, Kalaupun Indonesia mengalami gangguan impor gandum. Sumber-sumber bahan baku tepung pangan untuk substitusi terigu di Indonesia sebenarnya sangat banyak dan sudah dikenal masyarakat sebelum meluasnya pemakaian terigu di Indonesia. Seperti jagung, sorghum, kanjell, juwawut, sagu, sukun, singkong, dan ubi jalar.
“Karena itu, diperlukan kebijakan yang konsisten dan berjangka panjang untuk pengembangan bahan baku tepung subtitusi terigu dan dukungan terpadu antar kementerian dan lembaga, penyediaan teknologi dan dukungan masyarakat,” bebernya.
Ia mencontohkan, Agar tidak seperti komoditas sorghum, walaupun secara teknis mempunyai sifat tepung yang baik untuk substitusi terigu, tetapi kenyataannya tidak dapat berkembang walaupun sudah diprogramkan sejak tahun 1970-an.
“Karena itu, kebijakan pemerintah menentukan bagaimana program dan layanan yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat,” Mantan Aktivis 98 dan Pijar ini menutup.***
Red/K.103
Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com
Discussion about this post