KABARIKU – Provinsi Jawa Barat kembali memperpanjang masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Untuk wilayah di luar Bodebek (Bogor-Depok-Bekasi), PSBB diberlakukan hingga 26 Juni 2020. Sementara untuk Bodebek diberlakukan hingga 2 Juli 2020 seperti ditetapkan sebelumnya.
Dalam suratnya kepada para bupati dan walikota di Jawa Barat, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyatakan, perpanjangan PSBB dilakukan karena penyebaran Covid-19 di Jawa Barat belum menunjukkan penurunan.
“Hal itu dibuktikan banyaknya ditemukan kasus baru sehingga kami akan menetapkan perpanjangan pemberlakukan PSBB secara proporsional di luar wilayah Bodebek,” tulis Ridwan Kamil dalam suratnya tertanggal 12 Juni 2020.
Ditambahkannya, perpanjangan PSBB di luar wilayah Bodebek diberlakukan 1 x masa inkubasi terpanjang atau selama 14 hari, terhitung mulai tanggal 13 Juni 2020 hingga 26 Juni 2020.
Dengan demikian, lanjutnya, di Jawa Barat terdapat dua zona pemberlakuan PSBB secara proporsional, yaitu:
- Wilayah Bodebek yang masa berlakunya sampai tanggal 2 Juli 2020
- Di luar wilayah Bodebek yang masa berlakunya sampai tanggal 26 Juni 2020.
Sementara itu dalam jumpa pers Jumat kemarin, Gubernur merinci level kewaspadaan masing-masing daerah yang ada di Jawa Barat sesuai hasil evaluasi PSBB yang telah diterapkan. Ada sejumlah daerah yang levelnya sekarang berubah, di antaranya Kabupaten Garut. Garut yang berasal masuk zona biru atau level dua, kini turun ke zona kuning atau level 3.
Inilah rincian level kewaspadaan paling baru masing-masing daerah di Jawa Barat:
Zona Kuning (10 daerah): Kabupaten Bekasi, Bogor, Garut, Indramayu, Karawang, Sukabumi, dan Kota Bandung, Bekasi, Bogor, dan Depok.
Zona Biru (17 daerah): Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Ciamis, Cianjur, Cirebon, Kuningan, Majalengka, Pangandaran, Purwakarta, Subang, Sumedang, dan Tasikmalaya, serta Kota Banjar, Cimahi, Cirebon, Sukabumi, dan Tasikmalaya.
Ridwan Kamil juga menyebutkan, meski ditemukan kasus baru, namun angka reproduksi (Rt) COVID-19 di Jabar terbilang terkendali karena konsisten berada di bawah 1. Sempat berada di angka 0,68 dan 0,72, saat ini Rt Jabar berada di angka 0,82.
“Oleh karena itu kami meminta kepala daerah di Jabar untuk mengetatkan pengawasan. Sebab dari data itu justru ada tren naik, sehingga dianggap sudah menuju lampu kuning,” ujarnya.
Selain itu, rata-rata penambahan kasus positif COVID-19 dalam kurun dua pekan terakhir berada di angka 25 kasus. Lonjakan kasus positif COVID-19 di Jabar dominan berada di kawasan Bodebek dan Bandung Raya.
“Maka, kepala daerah di Bodebek dan Bandung Raya harus waspada karena kepadatan manusia berbanding lurus dengan hadirnya COVID-19. Sementara di luar Bodebek dan Bandung Raya, relatif sedikit,” tambahnya.
Menurut Kang Emil, indeks kasus terkonfirmasi Jabar sebesar 51. Artinya, setiap 1 juta populasi penduduk Jabar terkonfirmasi terdapat kurang lebih 51 kasus positif COVID-19. (Ref)