GARUT, Kabariku- Puluhan Anggota Himpunan Peternak Domba dan Kambing Indonesia (HPDKI) Garut mengeruduk Gedung Dewan.
HPDKI mempertanyakan “penjegalan” yang dilakukan Ketua Dewan Garut, Euis Ida Wartiah. Dalam audensi tersebut hadir ketua Komisi II, Drs. H. Nadiman beserta jajarannya.
Deni Rinjani salah satu aktivis domba Garut selaku juru bicara aksi tersebut, mengutuk keras terhadap pernyataan Ketua DPRD Garut yang menolak Perda pelestarian domba Garut.
“Saya intruksikan kepada teman-teman HPDKI Garut agar tidak memilih anggota dewan yang tidak mendukung Perda ini pada Pileg 2024 nanti,“ cetusnya. Selasa (26/7/2022).

Deni menyampaikan kedatangannya sebagai warga Garut, yang ingin membuka mata Pemerintah bahwa Domba Garut itu merupakan potensi.
“Saya disini mewakili warga Garut yang ingin menyampaikan bahwa Domba Garut itu adalah potensi ekonomi yang ada di Garut,” katanya.
Dalam pertemuan tersebut Deni juga meminta untuk bertemu dengan Ketua Dewan, untuk mempertanyakan langsung atas penolakan perda tersebut.
Dalam petemuannya, Ketua Dewan mengatakan, itu hanya salah paham saja, dirinya meminta agar bu juju menyelesaikan kajian akademik nya.dan dirinya mendukung Perda tersebut.
“Mungkin ini salah paham saja, walaupun sangat mencederai kami, sebagai pencinta domba garut, semoga kejadian ini tidak terulang lagi,” ungkapnya.
Diketahui sebelumnya beredar video Ketua Badan Pembentukan Peraturan Daerah (Bapemperda) DPRD Kabupaten Garut, Juju Hartati, S.Sos., mengamuk dan melempar mic saat rapat Banggar.
Dalam video tersebut emosi Juju memuncak saat Ketua Dewan Euis Ida Wartiah, menolak Perda Pelestarian Domba Garut. Beredarnya video tersebut menyulut aksi anggota HPDKI Garut.

Usai audiensi, Anggota DPRD Garut Fraksi PDI Perjuangan, Juju Hartati menjelaskan bahwa dirinya merasa tidak dihargai dengan respon Ketua DPRD terkait Perda Pelestarian Doma Garut.
“Saya marah karena tidak dihargai dan diabaikan oleh ibu Ketua, respon dia mengabaikan apa yang sedang dibahas saat itu soal Perda Pelestarian Domba Garut” katanya.
Ia menyebut, sejak rapat tersebut dimulai, sikap ketua DPRD kurang respon, padahal menurutnya, bahasan Perda tersebut sangat penting menjaga kelestarian Domba Garut.
Juju merasa miris mengetahui para peternak dan pecinta Domba Garut akan menggalang dana untuk disumbangkan ke DPRD.
“Tukang domba sa-Garut (se-Kabupaten Garut) akan menggalang dana uang receh sarebuan lima rebuan (seribu, lima ribi-red) untuk dikumpulkan dan diberika ke DPRD. Dimana wibawa kami sebagai pemerintah,” tukasnya.
Juju menjelaskan, Domba Garut merupakan ikon yang selalu dibawa kemana pun dalam kunjungan Dewan.
“Kami ke Kementerian, DPRD mana pun atau tempat lainnya pasti yang dibawa itu miniatur Domba Garut. Sementara dilingkungannya tidak ditanggapi, itu kan aneh,” cetusnya.
Saat ini, kata Juju, ada tiga Perda yang sedang digodok oleh pihaknya, yakni Perda Pesantren, Penamaan Jalan, dan Pelestarian Domba Garut.
Ketiga Perda tersebut, menurutnya, akan segera dibahas dalam rapat Paripurna DPRD Garut, sehingga harus dimatangkan terlebih dulu.
“Yang sedang diperjuangkan itu tinggal domba Garut, malah tidak ditanggapi oleh ibu Ketua, dia bilang buat apa, lagian tidak ada anggarannya,” ucap Juju.
Lebih jauh Juju menjelaskan, terkait Domba Garut dan Penamaan Jalan ini tinggal memperjuangan, sementara Perda Pesantren sudah selesai.
“Ini mekanisme sudah jalan, anggarannya sudah diturunkan, naskah akademis sudah dibuatkan. Kami ini miskin Perda sebenarnya,” ungkapnya.
Atas sikap tersebut Juju mengaku naik pitam hingga harus membanting-banting microphone dan ponsel miliknya.
“Saya juga mohon maaf harusnya tidak emosi begitu, sampai saya banting itu mic, ponsel saya juga banting, saya mohin maaf,” tutupnya.***
Red/K.101
Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com
Discussion about this post