• Redaksi
  • Kode Etik
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
Kamis, Juli 3, 2025
Kabariku
Advertisement
  • Beranda
  • Berita
    • Nasional
    • Daerah
  • Kabar Presiden
  • Kabar Pemilu
  • Dwi Warna
  • Hukum
  • Ekonomi
  • Politik
  • Hiburan
  • Teknologi
  • Opini
    • Artikel
    • Edukasi
    • Profile
    • Sastra
Tidak ada hasil
View All Result
Kabariku
  • Beranda
  • Berita
    • Nasional
    • Daerah
  • Kabar Presiden
  • Kabar Pemilu
  • Dwi Warna
  • Hukum
  • Ekonomi
  • Politik
  • Hiburan
  • Teknologi
  • Opini
    • Artikel
    • Edukasi
    • Profile
    • Sastra
Tidak ada hasil
View All Result
Kabariku
Tidak ada hasil
View All Result
  • Beranda
  • Berita
  • Kabar Presiden
  • Kabar Pemilu
  • Dwi Warna
  • Hukum
  • Ekonomi
  • Politik
  • Hiburan
  • Teknologi
  • Opini
Home Opini Sastra

Bedah Antologi Carpon Budaya Dalingding Angin ti Tepiswing bag 1

Redaksi oleh Redaksi
29 April 2022
di Sastra
A A
0
ShareSendShare ShareShare

Kiki Oke Ys
Penulis
29 April 2022

Kabariku- Antologi carpon (carita pondok -red cerpen/cerita pendek) budaya Dalingding Angin ti Tepiswiring merupakan kumpulan cerita pondok yang ditulis oleh 21 penulis. Buku ini mengupas cerita dalam bingkai budaya.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Budaya Sunda, Jawa Barat tentunya sangtalah beraneka ragam. Membahas tatanan kehidupan tradisi yang pernah dilakukan, bahkan budaya yang sampai sekarang masih dilakukan di tengah masyarakat.

RelatedPosts

Puisi-Puisi Lebaran Idul Fitri, Karya Ihsan Subhan

22 Mahasiswa MPBSI Unsur Cianjur Gelar Peluncuran Buku Rampai Sastra “Menulis Waktu”

Besok, JAKER Bersama Perpustakaan Daerah Tangerang Gelar Diskusi “Menghadang Kubilai Khan”

E.B. Taylor, pendiri antropologi budaya mendefinisikan, budaya sebagai “Keseluruhan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan serta kebiasaan lain yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat”.

Dan dalam kegiatannya kebudayaan tidak terlepas dari tradisi. Bahwa tradisi merupakan “Kebiasaan dan kepercayaan dari satu generasi ke generasi lainnya”. Sehingga, menurut Kamus Oxford, bahwa tradisi merupakan bagian dari budaya.

Terdapat berbagai unsur kebudayaan dan tradisi yang ditulis para penulis, walaupun tidak menceritakan kegiatan budaya secara utuh. Namun, esensi nilai-nilai budaya yang dibingkai dalam alur penceritaan para tokoh, dan seting juga berbagai konflik membuat carpon-carpon tersebut terasa hidup di lingkungannya.

Unsur-unsur budaya apa saja yang terdapat dalam buku Kumpulan Carpon Dalingding Angin ti Tepiswiring?

Unsur budaya itu meliputi sistem religi, sestem bahasa, sistem pengetahuan, sistem ekonomi, kesenian, sistem kekerabatan dan organisasi sosial, dan sistem kemasyarakatan.

Ulasan tentang sistem religi, yang terkait hubungan manusia dengan tuhannya terlihat kental dalam cerita yang ditulis Ida Hartini dalam cerita ‘Nyantel Asih di Nangka Burit”. Dalam cerita ini penulis menceritakan adat tradisi masyarakat yang seting tempat di Cileungsing-Sagala Herang-Kabupaten Subang.

Tradisi turun temurun menjadikan hukum adat yang kuat mengajak masyarakat pada peringatan “Hajat Makam”. Seperti halnya hajat, maka setiap warga berkumpul dengan membawa tumpeng dan makanan lainnya sebagai rasa syukur, setelah dilakukan ritual berdoa kepada Yang Maha Kuasa dipimpin ketua adat. Setelah selesai, makanan pun dibagikan kepada semua yang hadir.

Dalam cerita ini selain nilai-nilai religi sebagai ungkapan rasa syukur, terdapat pula nilai-nilai kegotongroyongan, silaturahmi, kebersamaan untuk tetap memelihara adat tradisi yang menjadikan budaya yang harus dilestarikan.

Cerita lain tentang jarah kubur kapada makam karomah diceritakan pula oleh Fiane N. Setiady. Cerita yang berjudul Kabaya Bodas, sengaja ditulis untuk memotret tradisi yang masih dilakukan sebagian masyarakat di Kota Garut. Selain berdoa sebagai nilai religi, memohon kepada Yang Maha Kuasa, namun ada pelajaran penting bagaimana cara berdoa yang tidak menjadikan “penyalahartian” maksud dari ziarah kubur itu sendiri.

Kemudian Ratih Ratnasari dalam cerita “Reuneuh Mundingeun” bercerita mengenai kegiatan pengajian yang dikhususkan untuk perempuan yang mengandung, yang kandungannya sampai sepuluh bulan dan masih belum bisa melahirkan. Kebudayaan ini masih dipegang teguh oleh masyarakat desa di Jawa Barat.

Berbeda dengan masyarakat kota yang kental dengan dunia medis, maka persalinan pun berubah menjadi “Operasi Cecar” yang sangat mudah.

Namun tradisi yang sudam membudaya dibutuhkan ritual berdoa dan budaya yang penuh dengan syarat dengan nilai-nilai kebersamaan, saling tolong menolong.

Selain itu para penulis memiliki kekhasan dalam penceritaan dengan menggunakan bahasa sunda sesuai daerahnya masing-masing (basa wewengkon). Sistem bahasa sangatlah penting dalam mengungkapkan cerita yang menggambarkan bagaimana masyarakat suku sunda dalam berinteraksi, bersosial tentunya menggunakan bahasa sebagai upaya untuk pengungkapan ide dan gagasana yang sangat kuat dalam karyanya.

Selanjutnya sistem kesenian. Buku ini memiliki berbagai cerita beraga kesenian, adat dan tradisi di dalamnya. Diawali dengan cerita “Kariaan”  yang ditulis oleh Ratna Ning penulis budaya asal Subang.

Tulisannya sering menghiasi media cetak dan media onlain. Ratna Ning piawai mengolah bahasa dalam menceritakan potret masyarakat Subang yang akan mengadakan hajat sunatan yang tidak sesuai dengan perhitungan waktu yang sudah ditentukan ketua adat.

Maka hajatan bisa terselenggara dengan melakukan ruwatan kepada anak yang akan disunat. Dalam acara ruwatan tak lepas dari cerita ritual adat.

Banyak istilah yang sudah jarang digunakan sekarang ini, seperti halnya canoli, tobang,  juru goah, yang biasa mempunyai tugas khusus pada sebuah hajatan.

Petugas khusus ini kini tak lagi punya pekerjaan, karena juru masak tersebut kini sudah tergantikan dengan adanya WO dan catrering yang praktis dan higienis.

Selain itu ada pula cerita “Dariat Nu Mawa Bagja” yang ditulis Euis Cucu Sukmana. Penulis memotret kehidupan seorang penari Jaipongan yang menjadi bintang panggung.

Namun, masih ada sebagian masyarakat yang memiliki anggapan kurang baik terhadap profesi seorang penari, terlalu bebas dalam pergaulan.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Salah satu penyebabnya bahwa terjadinya pergeseran budaya di masyarakat. Ketika budaya tidak patuh lagi pada aturan yang telah ditentukan, dan kesenian bukan lagi sebagai hiburan, bahkan menjadi sebuah tontonan ”komersialitas” maka persaingan pun akan terjadi dengan menghalalkan berbagai cara.

Hal sejenis ditulis pula oleh Sukma Padaci Nurmala dalam cerita “Kembang Panggung”  hal yang sama dari kehidupan penari tradisi, yakni penari jaipong yang selalu menari dari satu tempat ke tempat lain dalam hajatan terlihat indah saat di panggung.

Namun dalam kehidupan keseharian begitu banyak tantangan dari pasangan hidup, dan para penggemarnya. Image negatif terselip pada si penari meski tidak sekotor yang disematkan orang.

Cerita lainnya adalah “Lalangse Sinden Reak” Ayus menceritakan kesenian asli Ujung Berung-Bandung. Reak yang merupakan kesenian dalam hajatan sunatan atau pernikahan yang mengandung “budaya mistis”.

Ayus menceritakan perangai seorang sinden Reak yang kehidupannya tidak secantik di atas panggung. Penderitaannya dikarenakan perlakuan tidak baik dari beberapa orang yang menyukainya.

Shanti L. Natamiharja dalam cerita “Bentang Panggung”. Bagaimana perjuangan tokoh keluarga seni yang turun temurun. Belajar dari pengalaman terdahulu, yang kuat dalam berpendirian, selalu taat beragama, bekerja keras, mau belajar. Maka hasilpun tidak akan mengingkari sebuah proses. Cita-citanya berhasil membuat sekolah Lingkung Seni.

Selanjutnya, Muzahidin M. Noor dalam cerita “Bandi Si Raja Kendang” menceritakan budaya membuat alat musik dari bambu, seperti suling, karinding, angklung, calung, tentunya dibutuhkan keterampilan dan pengalaman juga rasa yang sangat kuat dalam memilih bahan dan cara membuatnya.

Memiliki keterampilan dalam dunia seni harus total, penuh keberanian untuk mengarungi kehidupan sebagai seorang pecinta seni dengan segala konsekuensinya. Cerita menjadi sangat menarik dengan bumbu mistis, dan olahan bahasa yang membawa pembaca menyelam dalam cerita yang disampaikan pengarang.

Pesan moral dalam cerita di atas, bahwa usaha yang kuat, bekerja keras, tekun dan mau selalu belajar dalam melakukan sesuatu, maka akan mendapatkan hasil yang maksimal.

Kalau ada yang berpendapat bahwa “Faktor Gen keturunan” sangat mempengaruhi bakat seseorang, itu hanya sekian sekian persen, tapi faktor keturunan yang dilakukan dengan usaha yang kuat, dan ketekunan akan mendapatkan hasil yang sangat memuaskan.

Cerita selanjutnya tentang budaya ritual yang dibumbui mistis dari Cianjur yang ditulis Nurul Azmi Saparmiaty dengan judul “Kuda Kosong”. Nurul bercerita tentang masyarakat yang masih percaya dengan seekor kuda kosong yang dihiasi jubah tidak ditunggangi, tetapi kuda berjalan seperti ada yang menunggangi. Cerita ini pun disuguhkan dengan berbumbu mistis.

Masih cerita budaya dari Cianjur, yakni Dongdang. Salamatul Afiah dalam cerita “Tagayur Lantis di Lembur” menceritakan warga kampung yang masih membuat dongdang untuk perhelatan di kampungnya. Cerita percintaan yang dikemas budaya daerah, sangat menarik untuk dibaca.

Cerita “Mandi Kembang” dari Siti Hasanah ingin menyuguhkan kepada pembaca tentang ihtiar dalam mencari jodoh.

Budaya yang kuat yang masih dilakukan masyarakat pedesaan ihtiar dalam mencari jodoh dilakukan berbagai cara, berdukun, bertanya kepada orang pintar dengan berbagai syarat yang dilakukan.

Meski jaman sudah berubah, kegiatan seperti ini masih banyak dilakukan, bahkan bukan hanya di desa, di perkotaan pun ada yang melakukan hal seperti ini.

Selanjutnya budaya pamali masih diterapkan dalam kehidupan keseharian. Cerita “Sandékala” yang ditulis oleh Acum Sundari, mengingatkan saat dulu, orang tua melarang anaknya untuk ke luar saat adan magrib berkumandang “Ulah ulin sareupna bisi ditewak sandekala” yang artinya jangan bermain saat sore hari nanti ditangkap Sandekala.

Budaya “pamali” dibuat untuk membuat suatu aturan yang disepakati bersama, dan konsekuensi dari pelanggaran yang dilakukan adalah akibat dari sebab yang dilanggar. Jadi ‘pamali’ adalah sebuat aturan yang tidak tertulis dari suatu masyarakat yang merupakan suatu etika yang tidak boleh dilanggar.

Selain itu, ada juga cerita dari Utep Sutisna dengan cerita “Nu Teu Mulang Tina Ruwatan” kegiatan ruwatan masih sering dilakukan di berbagai daerah di Pulau Jawa, mungkin di daerah lain juga dengan nama yang berbeda.

Salah satu tradisi ruatan yang dilangsungkan adalah dengan pergelaran Wayang Golek semalam suntuk. “Cacarekan” ucapan yang diyakini, ketika menonton wayang goleh itu harus sampai selesai dan tidak boleh pulang ditengah pergelaran berlangsung. Ini juga termasuk salah satu budaya “pamali”.

Aturan yang telah ditentukan sebagai aturan yang tidak tertulis yang diyakini masyarakat, maka kejadian mistis itu merupakan akibat dari sebuah sebab yang dilanggar.

Unsur budaya lainnya adalah Sistem teknologi atau peralatan hidup. Cerita “Liontin Batu Hejo” yang ditulis Kiki Oke Ys, merupakan cerita yang cukup unik. Pembaca akan dibawa pada suasana pegunungan, pesawahan yang masih dikelola secara tradisional.

Penulis dengan sepenuh hati mengembalikan ingatannya pada masa kejayaan leluhur yang masih memegang erat budaya pertanian zaman dahulu. Selain itu pembaca diperkenalkan pada perangkat pertanian seperti lesung, halu, etem, pare geugeusan, goah, jodag, giribig, ngirik.

Tradisi “nyeupah” memakan daun sirih, juga “membaca wawacan”. Cerita menjadi menarik ketika penulis bercerita dalam alur maju dan flas back silih berganti. Konflik yang kuat dari tokoh Andini membuat cerita ini menjadi menarik untuk dibaca.

Cerita yang berlatar pertanian pun tertuang pula dalam cerita “Hawiniten” yang ditulis Iman Taufik. Hawinten sebagai tokoh utama keseharian bekerja sebagai buruh tani yang mendera kesengsaraan karena hidup berdua dengan anaknya yang masih kecil.

Sengaja penulis memadukan aspek mistis terhadap tokoh yang sedang berputus asa. Selain itu memberi pelajaran kepada para pembaca tentang sebuah sebab dan akibat dari sebuah perbuatan yang menjadi pesan utama dari cerita ini.

Cerita “Nu Tunggu Goah” ditulis Nyi Daliah, menceritakan bagaimana upacara adat pertanian dari awal sampai selesai di panen.

Dalam cerita ini mengandung niali-nilai tradisi pertanian yang sudah jarang digunakan lagi, karena tradisi ini terkikis dengan budaya modern, dengan kemajuan teknologi.

Cerita ini semakin menarik dengan adanya budaya mistis didilakukan orang pintar zaman dahulu yang bisa berteman dengan makhluk gaib.

Wiwin Sundartika menceritakan budaya kuliner khas suatu daerah “Comhu”. Makanan gorengan dari Ciajur terbuat tahu isi oncom.

Ada pula budaya sejarah, cerita “Endahnya Gunung Mananggel” yang ditulis Sri Mulyati. Cerita ini mengisahkan perjalanan menuju sebuah petilasan.

Penulis mengemas cerita budaya yang mengandung historis ini membuat motivasi pembaca untuk bisa datang ke tempat tersebut.***

Red/K.103

Baca Juga  Mengenang Peristiwa Kudatuli, Marlin: Tidak Ada HAM, Adanya HAMA Kemanusiaan

Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com

Tags: Bedah Antologi CarponBudaya Dalingding Angin ti Tepiswing bag 1tradisi merupakan bagian dari budaya
ShareSendShareSharePinTweet
ADVERTISEMENT
Post Sebelumnya

Kades Ngorogunung Dukung Penuh Program Perhutanan Sosial Bagi Rakyatnya

Post Selanjutnya

Hari Pertama Penerapan Rekayasa Lalin, Kapolri Tinjau Langsung Arus Mudik Lebaran Tol Jakarta Cikampek

RelatedPosts

Puisi Lebaran Idul Fitri katya Ihsan Subhan

Puisi-Puisi Lebaran Idul Fitri, Karya Ihsan Subhan

31 Maret 2025
Peluncuran Buku Rampai Sastra Menulis Waktu

22 Mahasiswa MPBSI Unsur Cianjur Gelar Peluncuran Buku Rampai Sastra “Menulis Waktu”

16 Februari 2025

Besok, JAKER Bersama Perpustakaan Daerah Tangerang Gelar Diskusi “Menghadang Kubilai Khan”

12 September 2024

JAKER Akan Gelar Bedah Buku Novel  “Menghadang Kubilai Khan” Karya AJ Susmana

16 Agustus 2024

MEWAKILI DIRI SENDIRI AKU BERKATA

17 Agustus 2023

Mengenang Peristiwa Kudatuli, Marlin: Tidak Ada HAM, Adanya HAMA Kemanusiaan

29 Juli 2023
Post Selanjutnya

Hari Pertama Penerapan Rekayasa Lalin, Kapolri Tinjau Langsung Arus Mudik Lebaran Tol Jakarta Cikampek

KPK Menduga Modus Suap Serupa Bupati Bogor AY Demi Predikat WTP Terjadi di PEMDA Lain

Discussion about this post

KabarTerbaru

MA Sunat Hukuman Setnov, Wakil Ketua KPK: Koruptor Harusnya Tak Diberi Ruang PK Ringan

3 Juli 2025
Presiden Prabowo Subianto melakukan pertemuan bilateral tingkat tinggi dengan Putra Mahkota sekaligus Perdana Menteri Arab Saudi, Mohammed bin Salman Al Saud, pada kunjungan kenegaraan ke Arab Saudi di Istana Al-Salam, Jeddah, Rabu, 2 Juli 2025 (dok: BPMI Setpres)

Presiden Prabowo dan Pangeran MBS Sepakati Bentuk Dewan Koordinasi Tertinggi RI-Arab Saudi

3 Juli 2025
Presiden Prabowo mencium Hajar Aswad saat menunaikan ibadah Umrah di Arab Saudi, Kamis, 3 Juli 2025/Instagram @presidenrepublikindonesia

Presiden Prabowo Tunaikan Ibadah Umrah: Sempat Shalat Sunah di Depan Kabah dan Cium Hajar Aswad

3 Juli 2025
E.S. Hartono

Angin Segar dari Pemerintah: Saatnya Industri Hotel Bangkit Kembali

3 Juli 2025

Jelang Seleksi KPID, DPRD Sumut Serap Masukan dari KPID DKI

3 Juli 2025

Jaksa KPK Tuntut Hasto Kristiyanto 7 Tahun Penjara dalam Kasus Perintangan Penyidikan Harun Masiku

3 Juli 2025
Komjen Pol. Muhammad Fadil Imran

Profil dan Biodata Komjen Fadil Imran, Kini Jadi Komisaris MIND ID Selain Kabaharkam

3 Juli 2025

Pesinetron Rayyan Alkadrie Diamankan Polisi, Diduga Peras Kekasih Sesama Jenisnya

3 Juli 2025
Mantan Sekjen MPR Maruf Cahyono

KPK Tetapkan Mantan Sekjen MPR Ma’ruf Cahyono Tersangka Kasus Gratifikasi Rp17 M, Ini Profilnya

3 Juli 2025

Kabar Terpopuler

  • Bu Guru Salsa yang viral, kini bahagia menjadi istri seorang PNS

    Bu Guru Salsa yang Viral karena Video Syur, Kini Bahagia Dinikahi Duda PNS

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Viral Pasien BPJS Meninggal Dunia di RSUD Cibabat, Diduga Lambatnya Penanganan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • HUT Bhayangkara ke-79 Digelar di Monas, Sederet Jalan Ini Akan Ditutup 1 Juli 2025 Mulai Pagi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Longsor di Cilawu, Lalu Lintas Garut-Tasik via Singaparna Dialihkan ke Jalur Malangbong

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • DNIKS Dukung Porturin Sukseskan Ajang Olahraga Tunarungu Asia Tenggara 2025 di Jakarta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Saksi Sejarah dari Bandung: Seruan Melawan Lupa dan Penuntasan Tragedi Kemanusiaan Mei 1998

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KPK Dalami Kasus EDC Bank BRI Senilai Rp2,1 Triliun, 13 Orang Dicekal Usai Penggeledahan di Dua Tempat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
[sbtt-tiktok feed=1]
Kabariku

Kabariku adalah media online yang menyajikan berita-berita dan informasi yang beragam serta mendalam. Kabariku hadir memberi manfaat lebih

  • Redaksi
  • Kode Etik
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy

© 2024 Kabariku - partner by Sorot Merah Putih.

Tidak ada hasil
View All Result
  • Beranda
  • Berita
    • Nasional
    • Daerah
  • Kabar Presiden
  • Kabar Pemilu
  • Dwi Warna
  • Hukum
  • Ekonomi
  • Politik
  • Hiburan
  • Teknologi
  • Opini
    • Artikel
    • Edukasi
    • Profile
    • Sastra

© 2024 Kabariku - partner by Sorot Merah Putih.