Jakarta, Kabariku – Tak perlu momen istimewa untuk menikmati kehangatan pagi. Bagi Haji Rahmat J. Kardi, pagi yang sederhana bisa menjadi luar biasa dengan secangkir kopi Toraja dan sepiring kudapan tradisional yang unik, dodol cina goreng.
Usai menikmati bubur Bandung sebagai sarapan, sebuah obrolan ringan dengan sang istri justru berujung pada kombinasi yang tak terduga.
“Tadi saya bilang ke istri, kayaknya enak juga kalau ada kopi panas,” tutur Haji Rahmat.
Spontan, sang istri menyarankan untuk menikmatinya bersama pisang goreng. Namun, yang tersedia di dapur justru dodol cina yang kemudian digoreng dengan balutan tepung.
“Hasilnya? Tak disangka, enak sekali. Kriuk di luar, lembut dan manis di dalam. Cocok sekali dengan aroma kopi Toraja,” ungkapnya sambil tersenyum.
Haji Rahmat bercerita, kopi yang dinikmati pagi itu bukan sembarang kopi. Itu adalah kiriman dari Mas Tarso, Ketua Umum Ikatan Pemuda Desa (IPADES) sekaligus seorang ahli kuliner jebolan Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
Kopi tersebut dibelinya langsung dari Pasar Santa, Jakarta Selatan, surga para penikmat kopi yang dikenal menyajikan berbagai jenis kopi terbaik dari seluruh penjuru dunia, mulai dari Arabika Toraja, Robusta Sumatera, hingga kopi Brazil dan Ethiopia.
“Saya sangat menghargai kiriman kopi dari Mas Tarso. Aromanya kuat, rasanya dalam, dan sangat cocok dinikmati di pagi hari,” ujar Haji Rahmat.
Sementara itu, dodol cina goreng yang menjadi pasangan unik kopi tersebut merupakan oleh-oleh keluarga dari Pulau Seribu yang datang bersilaturahmi saat Lebaran.
Meski biasanya dikenal dengan dodol Betawi, keluarga besar Haji Rahmat juga akrab dengan dodol cina sebagai bagian dari tradisi kuliner lintas budaya.
Menurutnya, kenikmatan sesungguhnya seringkali datang dari hal-hal sederhana.
“Kadang, dari dapur rumah sendiri bisa tercipta kombinasi yang tidak hanya menggugah selera, tapi juga menyatukan budaya,” tambahnya.
Perpaduan kopi Toraja yang khas dengan dodol cina goreng bukan hanya tentang rasa, tapi juga tentang cerita, tentang silaturahmi, tradisi, dan rasa syukur di tengah kesederhanaan.
“Ala kulli hal, kadang yang paling nikmat justru datang dari hal-hal kecil yang tak direncanakan,” pungkasnya.*K.101
Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com
Discussion about this post