KotaTasikmalaya, Kabariku– Menindaklanjuti pengumuman resmi pemerintah pusat menaikkan tarif BBM hingga 30%. Kesatuan Aksi Mahasiswa (KAMMI) melakukan aksi di sekitaran alun-alun Kota Tasikmalaya, pada Senin (5/9/2022) kemarin.
Aksi KAMMI ini bertujuan untuk menyerap aspirasi masyarakat Kota Tasikmalaya dengan menandatangani petisi penolakan kenaikan BBM.
Petisi tersebut akan ditunjukkan di kantor DPRD kota Tasikmalaya sebagai bukti bahwa seluruh elemen lapisan masyarakat menolak ada nya kenaikan BBM.
Pada siang harinya KAMMI melakukan audiensi dengan DPRD Kota Tasikmalaya.
Nandang Kurniadi selalu Ketua Umum KAMMI Daerah Tasikmalaya menyangkan keputusan pemerintah yang membebankan kenaikan tarif BBM yang tidak berpihak pada rakyat.
“Slogan saat memperingati HUT RI yang ke-77 bangkit lebih cepat bangkit lebih kuat adalah angan pemerintah semata. Justru kenaikan BBM ini berimbas buruk kepada target pemerintah untuk memulihakan ekonomi ,” kata Nandang.
Nandang juga menegaskan, Tujuan aksi ini untuk mendesak pemerintah menurunkan harga BBM dan menolak adanya wacana Presiden 3 periode.
“Karena sudah jelas Presiden tidak becus dalam mengelola negara ini. Hanya gara-gara BBM tidak tepat sasaran jadi dinaikan harganya,” ujarnya.
Nandang menilai kenaikan harga BBM kali ini sangat berbeda dengan kebijakan pemerintah yang sebelumnya.
“Tidak kira-kira dalam menaikanya, beda jauh dengan Presiden sebelumya kalaupun naik haya ratusan rupiah ini ribuah malah mendekati puluhan ribu. Kan jaman edan,” tukasnya.
Lanjut Nandang, Ditambah dengan di Aplikasi may pertamina yang seakan akan dipaksakan dan tidak meratanya terhadap masyarakat.
“Jadi membuat bingung masarakat, ditambah naik dan makin tambah semerawut ya aturan dalam pendafataran may pertaminanya. Harusya sosialiasi dulu Baru di terapkan,” jelasnya.
Senada dengan perwakilan perempuan KAMMI, Lulu Salsabila menyampaikan bahwa kenaikan BBM menyebabkan efek domino yang luas tidak hanya berimbas pada sektor industrial hingga sektor rumah tangga.
“Masyarakat pun terkena imbasnya dengan harga pangan yang semakin mencekik. Belum lagi angka kemiskinan dan stunting yang masih tinggi di daerah Tasikmalaya. KAMMI berharap pemerintah melakukan evaluasi dan menurunkan harga BBM,” tutup Lulu.***
Red/K.101