JAKARTA, Kabariku- Garuda Indonesia memiliki beberapa opsi restrukturisasi utang senilai USD 9,8 miliar atau setara Rp139 triliun. Salah satunya opsi pengurangan saham pemerintah (dilusi) di PT Garuda Indonesia Tbk. Opsi tersebut disampaikan Wakil Menteri BUMN II kartika wirjoatmodjo saat rapat kerja bersama Komisi VI DPR RI.
Ketua Serikat Karyawan Garuda Indonesia (Sekarga) Tomy Tampatty mengkhawatirkan Garuda bernasib sama dengan Indosat. Dimana, dominasi kepemilikan saham berada di tangan pihak asing.
“Garuda Indonesia bisa jadi seperti Indosat ke 2 yang lepas ke tangan Asing di waktu Putri Presiden Pertama RI Soekarno, Ibu Megawati menjabat Presiden RI dan kejadian Indosat menjadi catatan terburuk rakyat Indonesia,” ungkap Tomy, Sabtu (13/11/2021).
Saat ini, opsi dilusi baru bersifat opsional. Di mana, Kementerian BUMN selaku pemegang saham mayoritas baru meminta dukungan Komisi VI DPR, manakala opsi tersebut memungkinkan untuk dilakukan.
Tomy berharap, Komisi VI dan seluruh fraksi DPR menolak opsi tersebut karena akan menjadi catatan buruk bagi sejarah flag carrier Garuda Indonesia.
“Kami berharap Ketua DPR Ibu Puan Maharani dan seluruh anggota Dewan Perwakilan Rakyat menolak permohonan restu tersebut karena jika DPR-RI menyetujui mayoritas saham Garuda milik pemerintah dijual kepada pihak swasta atau asing,” katanya.
Saat ini, saham negara mencapai 60,5%, Trans Airways sebanyak 28,2%, sisanya milik publik sebesar 11,1%. Kartika mengakui, bila opsi dilusi ditempuh, maka pemerintah tak lagi menjadi pemegang saham mayoritas.
Sebelumnya, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) II Kartika Wirjoatmodjo, S.E., M.B.A., (Tiko-sapaan akrabnya) memaparkan, utang Garuda sebesar US$ 7 miliar, plus utang dari lessor menjadikan total utang mencapai US$ 9,8 miliar.
Tiko menyebut, Garuda sudah menyiapkan proposal restrukturisasi untuk melakukan renegosiasi dengan para lessor guna mengurangi utang. Targetnya, Garuda akan menekan utangnya menjadi US$ 3,69 miliar.
Tiko menyatakan terdapat tiga opsi restrukturisasi yang akan diambil oleh Garuda. Salah satunya, Garuda akan menempuh pembatalan nilai utang dan tunggakan secara material.
Pengurangan utang akan dilakukan untuk tipe-tipe kreditur tertentu. Untuk kreditur BUMN, seperti; Airnav, Gapura, dan bank-bank himbara, Garuda akan menerbitkan Zero Coupon Nond (ZCB). ZCB merupakan instrumen surat utang tanpa bunga hingga jatuh tempo.
Selanjutnya, untuk tunggakan terhadap Angkasa Pura I, Angkasa Pura II, lessor, vendor, sukuk, bank swasta, hingga pembelian pesawat yang ditangguhkan, Garuda akan menerbitkan New Coupon Debt.
Sementara untuk utang pajak dan karyawan hingga obligasi wajib konversi, Garuda akan tetap menghitung sebagai utang penuh.
Tiko menyatakan sukses tidaknya upaya restrukturisasi ini tergantung negosiasi dengan para lessor.
Kemudian, Dalam rapat kerja bersama Komisi VI DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta. PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, mengungkap rencana memangkas jumlah rute yang diterbangi maskapai dari 237 rute menjadi hanya 140 rute.
Manajemen telah memetakan rute-rute yang tidak potensial dan merugikan perusahaan, seperti tujuan Tarakan, Dilansir dari Parlementaria, pada Rabu lalu (10/11/2021).
“Selama ini kami terdesak (membuka rute) yang enggak bikin untung. Ada banyak tekanan pembukaan rute. Jadi mohon dukungan apabila kami bilang enggak (akan membuka rute). Mohon maaf, banyak maaf,” ujar Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra.
Irfan menjelaskan, perusahaan menanggung kerugian akibat beroperasinya sejumlah maskapai di rute-rute yang tidak mendorong pendapatan. Pendapatan yang diperoleh maskapai dari rute-rute tertentu ini tidak sebanding dengan biaya operasional yang dikeluarkan.
Selain itu, maskapai harus menjalankan pesawat yang jenisnya tidak sesuai dengan karakteristik perusahaan sehingga semakin membebani ongkos produksi. Dua jenis pesawat yang dimaksud adalah Bombardier CRJ dan ATR.
Tidak hanya penerbangan dalam negeri, Garuda Indonesia pun telah mengurangi secara masif penerbangan untuk rute internasional. Pada awal 2020, perusahaan memangkas rute penerbangan ke Amsterdam, London, dan Nagoya.
Sejalan dengan pengurangan rute, Garuda Indonesia juga meminimalkan frekuensi penerbangan ke rute-rute tertentu. Salah satunya Jakarta-Yogyakarta.
“Sekarang ke Jogja hanya bisa pagi. Jadi kalau mau ke Jogja pulang hari, silakan dari Solo,” tutur Irfan.
Efisiensi rute dan pemangkasan frekuensi merupakan salah satu rencana bisnis Garuda yang tercantum dalam proposal restrukturisasi.
Diketahui, Maskapai ekor biru yang tengah menanggung kerugian itu sedang bernegosiasi dengan 32 lessor untuk menurunkan beban operasionalnya.
Adapun restrukturisasi membutuhkan waktu sekitar 270 hari. Selama proses restrukturisasi berlangsung, Irfan mengatakan, “Garuda harus memperoleh keuntungan”.***
Red/K.101
Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com
Discussion about this post