KONI Garut Menuju Transformasi Organisasi

oleh
Hendro Sugiarto, SE.,M.MKMT, CRBC

Kabariku- Satu pekan sudah perhelatan terbesar KONI di Kabupaten Garut, yaitu MUSKORKAB KONI 2022 telah usai, sesuai dengan AD/ART MUSKORKAB bertugas untuk :
(a). Menetapkan tata tertib dan acara Musorkab/ Musorkot;
(b). Memilih pimpinan Musorkab/ Musorkot dari dan oleh peserta Musorkab/ Musorkot;
(c). Menetapkan calon Ketua Umum KONI Kabupaten/Kota;
(d). Memilih dan menetapkan Ketua Umum KONI Kabupaten/Kota, yang sekaligus bertindak sebagai Ketua Formatur untuk menyusun kepengurusan KONI Kabupaten/Kota;
(e). Memilih 2 (dua) orang formatur untuk mendampingi/membantu Ketua Umum menyusun dan membentuk kepengurusan KONI Kabupaten/Kota;
(f). Menetapkan program pembinaan olahraga prestasi jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek;
(g). Meminta dan memutuskan segala sesuatu mengenai laporan pertanggungjawaban pengurus KONI Kabupaten/Kota, baik laporan kerja maupun laporan keuangan;
(h). Membahas dan memutuskan hal-hal lain yang dianggap perlu sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan organisasi serta pembinaan olahraga prestasi di KONI Kabupaten/Kota.

Hari-hari ini adalah hari dimana ketua terpilih serta kedua anggota tim formatur sedang Menyusun Kabinet KONI untuk periode empat tahun kedepan. Banyak harapan bagi seluruh insan olahraga kepada tiga sosok Tim formatur ini agar KONI kedepan bisa malakukan upaya transformasi organisasi KONI agar lebih modern dan tentunya lebih maju dari semua aspek.

Bicara tentang upaya transformasi organisasi, ada dua pertanyaan yang harus di jawab oleh seluruh insan olahraga, terutama oleh kabinet KONI kedepan, yaitu:
Tranformasi seperti apa yang akan dilakukan oleh KONI dan mengapa KONI Kabupaten Garut perlu melakukan upaya transformasi organisasi?

Dua pertanyaan mendasar ini yang sering menjadi isu diskusi seluruh insan olahraga menjelang pagelaran terbesar olahraga di Kabupaten Garut, yaitu MUSKORKAB.

Dari dua issue tersebut, ada tiga hal kenapa transformasi organisasi itu menjadi penting.

Pertama Pergeseran pola kerja.
Disrupsi dan menghadapi PORDA adalah sebuah alasan utama kenapa KONI Kabupaten Garut harus merubah pola kerja. Apalagi jika kita dihadapkan dengan disruption era, berupa Millenial disruotion, digital disruption dan pandemic disruption, triple disrupsi ini yang menjadi dasar hampir semua organisasi baik organisasi bisnis, social, pemerintah dan organisasi lainnya, tidak terkecuali dengan KONI Kabupaten Garut.

Adaptif dan agility adalah kunci agar KONI bisa bertransformasi dengan baik. Sesuai dengan arahan Menko Perekonomian Republik Indonesia Pak Airlangga Hartanto menyebutkan bahwa Transformasi Digital Industri Olahraga dan Peningkatan Prestasi Olahraga Harus Tetap beriringan di masa pandemi.

Kedua, Budaya Organisasi.
Kedepan budaya organisasi di tubuh KONI harus lebih agile, berbasis merit system dan capaian kinerja dengan jelas sehingga capaian organisasi maupun prestasi dapat diukur dengan baik.

Ketiga, penguatan nilai-nilai organisasi.
Orientasi organisai menjadi langkah awal bagi konsolidasi pengurus KONI kedepan, baik jajaran kabinet KONI maupun anggota KONI (cabang olahraga dan Fungsional) kedepan tidak lagi terdengar cabang olahraga yang periodenya seumur hidup, pengurusnya 4L (lu lagi, lu lagi), atau cabang olahraga yang tidak mempunyai anggota maupun atlet.

Terakhir jika mengutip salah satu pakar perilaku organisasi terkemuka Gouillart & Kelly menyebutkan bahwa upaya transformasi organisasi dapat dilakukan dengan baik, jika melalui pendekatan model 4R (reframing, restructuring, revitalizing dan renewing).

Reframing atau Pembentukan ulang pola pikir.
Paska MUSKORKAB adalah sebuah titik kulminasi yang tepat dimana KONI Kabupaten Garut beserta anggota bersama-sama melakukan upaya reframing.

Setidaknya ada 3 unsur agar reframing bisa berjalan dengan baik, yaitu;
(1). Memobilisasi seluruh unsur kepentingan (achieve mobilization),
(2) meneiptakan visi (create vision) dan
(3). membangun sistem pengukuran yang baik dan tepat (build a measurement system).

Restructuring atau restukturisasi merupakan salah satu dimensi yang kedua dalam upaya melakukan transformasi organisasi, tim formatur harapannya membentuk cabinet KONI kedepan yang visioner, muda, energik, fresh, siap bekerja dengan tekanan dan target, terhindar dari rekam jejak masa lalu, passionable dalam dunia olahraga dan yang terpenting satu visi dan misi dengan ketua terpilih.

Prasyarat restukturisasi tersebut harus sesuai dengan kaidah pendekatan restukturisasi dengan baik seperti berupa; (1). Construct an economic model bagaimana pengurus yang baru mampu memberikan pandangan bagi organisasi secara rinci tentang dimana dan bagaimana suatu nilai diciptakan atau dihilangkan dalam organisasi. Model ini ibarat sistem pernapasan didalam badan manusia. Seperti pada sistem pernapasan manusia dimana oksigen disuplai sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia, sehingga model ekonomi mampu mendistribusikan sumber daya ke unit-unit yang paling dibutuhkan dalam organisasi.

(2). Redesign the work architecture, atau disebut juga komponen mendesain kembali arsitektur pekerjaan. Pergeseran pola kerja KONI harus dijawab oleh pengurus baru dan diselesaikan melalui proses jaringan yang kompleks yang dalam hal ini disebut “work architecture”.

Proses pekerjaan merupakan kendaraan bagi KONI kedepan dan ibarat urat nadi dalam tubuh manusia. Urat nadi tersebut kelihatannya terpisah satu sama lain, namun urat nadi ini saling berhubungan satu sama lain sehingga perubahan disalah satu urat nadi akan berpengaruh kepada yang lainnya.

Revitalizing atau revitalisasi merupakan dimensi ketiga dalam upaya melakukan transformnasi organisasi. Lantas, revitalisasi seperti apa? yaitu revitalisasi yang dilakukan oleh KONI kdepean adalah revitalisasi yang berfocus kepada atlet, prestasi dan indutrialisasi olahraga atau dalam konteks ekonominya disebut “achieve market focus” maka pasar disini adalah atlet dan prestasi.

Istilah “market focus” mengandung makna yang lebih dari sekedar memberikan perhatian kepada market (atlit dan prestasi), akan tetapi berfokus juga dalam hal memberikan apa yang diminta market, dan apa yang dibutuhkan market.

Seiring dengan digital era revitalisasi juga harus dilakukan dengan pendekatan merubah aturan melalui teknologi informasi (change the rules through information technology) merupakan usaha memanfaatkan teknologi sebagai dasar untuk mencari jalan baru menghadapi kompetisi.

Teknologi informasi dapat mendefinisikan kembali aturan main didalam organisasi. Teknologi dapat diibaratkan sistem saraf manusia yang menghubungkan seluruh bagian-bagian yang ada pada badan manusia sehingga dapat memberikan isarat bagi gejala yang dihadapi oleh masing-masing bagian organ tubuh manusia.

Dimensi yang terakhir yaitu Renewal, yaitu pembaharuan organisasi. Terpilihnya Kembali ketua KONI kabupaten Garut yakni Bapak DR. H. Ir. Abdusyi Syakur Amin, M.eng., banyak harapan dari para insan olahraga, salahsatunya adalah pembaharuan KONI.

Pembeharuan disini adalah Strategi pembaharuan organisasi berkaitan dengan unsur SDM yang mempercepat proses transformasi dan spirit organisasi juga menyangkut investasi SDM sehingga SDM organisasi mempunyai keahlian dan kemampuan baru untuk tercapainya tujuan organisasi.

Melalui pembaharuan dapat tercipta metabolisme baru dan mempercepat diseminasi pengetahuan dilingkungan organisasi. Dengan demikian organisasi dapat beradaptasi dengan lingkungan yang selalu berubah.***

Kamis, 24 Maret 2022
Ketua Cabang Olahraga POSSI 2017-2021 / Wakil Ketua OC MUSKORKAB KONI Kabupaten Garut

Red/K.101

Tinggalkan Balasan